DISINFEKTAN DAN ANTISEPTIK
Sering kita mendengar kedua istilah tersebut. Namun, apakah kita sudah mengerti perbedaan mendasar dari keduanya? Manakah dari kedua bahan tersebut yang aman digunakan untuk hewan kesayangan kita atau kelinci kita? Mari kita simak ulasan dibawah ini.
Antiseptik atau germisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa. Antiseptik berbeda dengan antibiotik dan disinfektan, yaitu antibiotik digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati.Hal ini disebabkan antiseptik lebih aman diaplikasikan pada jaringan hidup, daripada disinfektan. Penggunaan disinfektan lebih ditujukan pada benda mati, contohnya wastafel atau meja. Namun, antiseptik yang kuat dan dapat mengiritasi jaringan kemungkinan dapat dialihfungsikan menjadi disinfektan contohnya adalah fenol yang dapat digunakan baik sebagai antiseptik maupun disinfektan. Penggunaan antiseptik sangat direkomendasikan ketika terjadi epidemi penyakit karena dapat memperlambat penyebaran penyakit.
Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat untuk membasmi kuman penyakit. Pengertian lain dari disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh disinfektan. Disinfektan tidak memiliki daya penetrasi sehingga tidak mampu membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam celah atau cemaran mineral.Selain itu disinfektan tidak dapat membunuh spora bakteri sehingga dibutuhkan metode lain seperti sterilisasi dengan autoklaf.
Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung pada beberapa faktor, misalnya konsentrasi dan lama paparan. Konsentrasi mempengaruhi adsorpsi atau penyerapan komponen antiseptik. Pada konsentrasi rendah, beberapa antiseptik menghambat fungsi biokimia membran bakteri, namun tidak akan membunuh bakteri tersebut. Ketika konsentrasi antiseptik tersebut tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi ke dalam sel dan mengganggu fungsi normal seluler secara luas, termasuk menghambat biosintesis(pembuatan) makromolekul dan persipitasi protein intraseluler dan asam nukleat (DNA atau RNA}. Lama paparan antiseptik dengan banyaknya kerusakan pada sel mikroorganisme berbanding lurus. Sedangkan efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lama paparan, suhu, konsentrasi disinfektan, pH, dan ada tidaknya bahan pengganggu. pH merupakan faktor penting dalam menentukan efektivitas disinfektan, misalnya saja senyawa klorin akan kehilangan aktivitas disinfeksinya pada pH lingkungan lebih dari 10. Contoh senyawa pengganggu yang dapat menurunkan efektivitas disinfektan adalah senyawa organik.
Jadi, dari paragraf di atas dapat kita simpulkan bahwa penggunaan disinfektan lebih tepat pada benda-benda mati. Jika kita konversikan ke dalam pemeliharaan kelinci maka penggunaan disinfektan lebih tepat pada saat membersihkan kandang, pembersihan lingkungan sekitar kandang dan benda-benda mati disekitar kandang. Perlu diingat agar disinfektan tidak membahayakan peliharaan kita maka perlu dipastikan bahwa barang/benda yang telah kita semprotkan disinfektan benar-benar kering sebelum digunakan kembali untuk peliharaan kita. Sedangkan penggunaan antiseptik yang tepat ialah untuk membersihkan luka pada kelinci, mencuci tangan kita saat sebelum dan sesudah kontak dengan kelinci.
readmore »»