BERBAGI ILMU DALAM MEMELIHARA KELINCI
Minggu, 23 Januari 2011 | 10:51 WIB
Perawatannya lebih mudah dan tidak mudah stress
Kelinci telah menjadi hewan komoditas baru untuk dikembangbiakkan. Hewan mamalia berkaki empat dan bertelinga panjang ini menjadi hewan yang paling banyak dipelihara dan dikembangbiakkan selain kucing, anjing dan ikan. Alasan untuk mengembangbiakkannya pun bermacam-macam. Ada yang sekadar hobby ada pula yang ingin mencari keuntungan dari usaha peternakan kelinci tersebut.
Salah satu rabbit lovers yang ada di Surabaya adalah Dwista Satya Pradika. Mahasiswa Unair ini memiliki peternakan kelinci di rumahnya yang terletak di jalan Karah Agung. Peternakan bernama Pradika Rabbit ini dikelolanya bersama sang partner Nimas Ayu Pertiwi yang juga mahasiswi universitas Airlangga. Peternakan kelinci ini didirikannya pada bulan Oktober tahun 2009 lalu.
Menurut Nimas, beternak kelinci sangat menarik karena perawatannya yang lebih mudah daripada hewan lain seperti kucing atau anjing. ”Selain itu kelinci juga bisa beranak banyak sekali melahirkan. Sekali melahirkan bisa sampai lima ekor” ujar wanita berjilbab ini. Selain itu wanita yang juga menyukai binatang kucing ini merasa kelinci memiliki tempramen yang lebih baik dibanding binatang lain.
”Kelinci punya tempramen yang bagus, juga tidak gampang stres jika bertemu dengan orang apalagi kelinci jenis rex atau bulu karpet” ujar Nimas. Sekadar informasi, peternakan kelinci ini mengkhususkan pada kelinci jenis rex yaitu kelinci berbulu pendek dan halus.
Untuk perawatan hewan vegetarian ini, mereka menekankan kepada kebersihan kandang dan nutrisi bagi kelinci. ”Kandangnya selalu kita bersihkan juga pakannya harus bebas dari pestisida,” ujar Nimas. ” Intinya perawatan kelinci jenis apapun sama, namun untuk jenis rex perawatan bulunya tidak seribet kelinci jenis bulu panjang” tambah Pradika. Nimas juga menambahkan untuk selalu memperhatikan kebersihan mereka dengan rajin memandikan dan grooming.
Selain mengenai perawatan, Pradika menekankan dalam pembuatan kandang kelinci jangan terlalu tertutup karena kelinci termasuk hewan sosial. ”Kelinci lebih senang bila ada temannya yang bisa diajak berinteraksi” ujarnya. Oleh karena itu mereka sengaja membuat kandang kelinci yang terbuka, mepet dan dapat diisi lebih dari satu ekor supaya kelinci tidak kesepian didalam kandang. Uniknya menurut mereka, kelinci juga termasuk hewan yang bisa sangat akur dengan hewan lain contohnya dengan kucing.
Proses pengembangbiakan kelinci menurut Pradika sangat mudah. ”Lebih gampang mengawinkan kelinci dibandingkan kucing” ujarnya dengan nada canda. ”Kelinci membutuhkan waktu paling lama cuma satu jam untuk proses kawinnya, untuk proses kehamilannya rata-rata 30 hari dan sekali melahirkan bisa empat sampai sembilan ekor”tambahnya. Usia matang kelinci untuk kawin adalah mulai usia tujuh bulan keatas.
Setelah itu memasuki masa melahirkan adalah saat yang merepotkan bagi mereka berdua. ”Biasanya waktu mau melahirkan si induk rewel tidak mau makan dan mudah marah,” ujar Pradika. Namun tetap sang induk harus selalu diberikan asupan nutrisi berupa makanan supaya kesehatan bayi dan produksi ASI nya lancar.
Nutrisi yang ideal seperti yang dijelaskan Nimas adalah sayuran hijau. ”Kita biasa pakai sayuran hijau seperti rumput dan sesekali kita menggunakan makanan khusus yang dinamakan pelet,” ujar mahasiswi fakultas kedokteran hewan ini. Menurutnya sayuran hijau alami seperti rumput sangat penting untuk menjaga kesehatan pencernaan kelinci selain makanan kering seperti pelet. ”Selain itu harga sayuran hijau jauh lebih murah daripada pelet kelinci” tambah Pradika.
Sesekali kelinci juga perlu dilepas bergantian dalam satu hari supaya tidak stress. Pradika mengatakan jika ingin melepaskan kelinci bersamaan harus diperhatikan mana yang bisa akur dan mana yang bermusuhan. ”Kita harus mengerti karakter masing-masing kelinci karena ada yang mudah bertengkar ada yang tidak. Yang rawan bertengkar biasanya adalah induk-induknya, kalau anak-anaknya tidak,” ujar Pradika yang pernah mendirikan komunitas pecinta kelinci Surabaya, Rabbit Club namun kini vakum untuk sementara.
Apabila ada kelinci yang terkena sakit, mereka menyarankan untuk langsung dibawa ke dokter hewan yang terpercaya. ”Melalui saran dokter kita bisa tahu apakah penyakitnya perlu perawatan khusus atau tidak, jadi sebelum melakukan pengobatan kita konsultasi dulu ke dokter hewan,” ujar Nimas. ”Juga kalau ke dokter hewan kita jangan ragu-ragu bertanya” kata Pradika. Menurut mereka, penyakit yang biasa menyerang kelinci adalah penyakit flu dan penyakit kulit.
Untuk ”koleksi” kelinci mereka yang beragam, mereka mengaku kalau ada beberapa kelinci yang berasal dari pemberian kawan-kawan mereka dikembangbiakkan sendiri di peternakan mereka. ”Istilahnya kalau ada kelinci yang bagus ya kita cari, karena kita selain hobby juga kolektor jadi kalau ketemu yang bagus ya seneng dong,” ujar pria berkacamata ini.
sumber: Surabaya Post, 23 Januari 2011